Namun di musim ini, Milan punya peluang besar untuk menyegel scudetto pertama dalam 11 tahun terakhir. Rossoneri tengah memimpin klasemen dengan 83 poin, unggul dua angka dari Inter. Syaratnya, mereka tak boleh kalah di pekan terakhir melawan Sassuolo.
Kesampingkan dulu peluang juara Milan. Mari melihat perubahan yang berhasil dibuat dalam tiga musim terakhir. Milan asuhan Stefano Pioli mulai membangun tim yang berisikan para pemain kunci di musim ini.
Manajemen juga membeli pemain-pemain muda yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan tim, bukan asal jor-joran seperti era Li Yonghong. Harganya pun terbilang murah-murah. Tak ada yang di atas 30 juta Euro.
Fikayo Tomori ditebus dengan harga 28,5 juta Euro, sedangkan Mike Maignan cuma menghabiskan 13 juta Euro. Theo Hernandez dibeli senilai 20 juta Euro, sama dengan biaya transfer Sandro Tonali. Rafael Leao sendiri diboyong dengan harga 28 juta Euro.
Murah tapi tepat guna. Itulah yang membuat Milan perlahan merangkak dari papan tengah menuju puncak klasemen Serie A. Musim ini, mereka kembali lolos ke Liga Champions setelah absen tujuh tahun, dan tiket musim depan sudah digenggam dalam tangan.
"Kesalahan manajemen yang diderita Milan selama sedekade terakhir mirip dengan yang dialami MU. Sudah ada lima manajer sejak kepergian Sir Alex Ferguson, dan akan menunjuk Erik ten Hag sebagai yang keenam. Ada terlalu banyak transfer yang gagal memberikan dampak sesuai keinginan," tulis Evans.
"Namun kemajuan yang dirasakan Milan saat ini serta potensi sukses yang menanti di masa depan harus dilihat sebagai kisah penuh harapan oleh suporter MU. Apalagi Ten Hag adalah manajer yang luar biasa, dan itu ditunjukkan lewat kerjanya bersama Ajax."
"Milan tidak dibangun dalam sehari, begitu juga MU. Kesalahan-kesalahan akan dibuat seiring perjalanan, dan hasil-hasil mengecewakan pun mungkin akan bermunculan, namun semoga Ten Hag bisa membangun tim yang permainannya bisa dinikmati di masa depan, dan bisa menambah koleksi trofi di Old Trafford," jelas Evans.







0 Komentar